
ABITA 200 EW
Bahan Aktif : Tembaga abitat 200 g/I
Formulasi : Emulsion in Water (EW)
Saran Pengunaan : 1-2 ml/ Liter
Hama sasaran/ Penyakit :
- Layu Bakteri (Ralstonia solanacearum)
- Bercak Bakteri (Xanthomonas campestris)
- Busuk Hitam (Xanthomonas campestris)
- Busuk Basah (Erwinia carotovora)
Kemasan : 250 – 500 ml
Waktu Aplikasi :
Cara Pemakaian :
- Untuk pengedalian penyakit yang disebabkan oleh bakteri maka gunakan ABITA 200 EW dengan konsentrasi 1ml I
- Untuk pengendalian layu bakteri penggunaan ABITA 200 EW dengan cara dikocor, konsentrasi 1 ml I L dan dikocor setiap lubang tanaman 100 ml larutan.
- Dapat dicampur dengan pestisida lainnya.
Deskripsi
ABITA 200 EW adalah fungisida/bakterisida yang mengandung bahan aktif Tembaga (dalam bentuk tembaga oksiklorida atau tembaga hidroksida tidak spesifik) 200 g/l. Produk ini dirancang untuk mengendalikan beberapa jenis penyakit bakteri pada tanaman.
Tembaga adalah bahan aktif yang bekerja dengan cara membunuh bakteri patogen secara langsung dan menghambat proses perkembangan bakteri.
ABITA 200 EW efektif digunakan untuk mengendalikan beberapa jenis penyakit bakteri, yaitu:
- Layu Bakteri (Ralstonia solanacearum): Penyakit yang dapat menyebabkan tanaman layu dan mati akibat infeksi bakteri pada sistem vaskular tanaman.
- Bercak Bakteri (Xanthomonas campestris): Penyakit yang dapat menyebabkan bercak-bercak pada daun dan bagian tanaman lainnya akibat infeksi bakteri.
- Busuk Hitam (Xanthomonas campestris): Penyakit yang dapat menyebabkan busuk hitam pada tanaman akibat infeksi bakteri.
- Busuk Basah (Erwinia carotovora): Penyakit yang dapat menyebabkan busuk basah pada tanaman akibat infeksi bakteri.
ABITA 200 EW dapat digunakan pada berbagai jenis tanaman untuk mengendalikan penyakit bakteri yang disebutkan di atas. Namun, perlu diperhatikan bahwa penggunaan fungisida/bakterisida harus dilakukan dengan bijak dan sesuai dengan dosis yang dianjurkan untuk menghindari dampak negatif pada lingkungan dan kesehatan manusia.
Dengan menggunakan ABITA 200 EW, petani dapat mengendalikan penyakit bakteri dan mengurangi kerusakan pada tanaman, sehingga hasil panen dapat meningkat.